contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Sabtu, 03 Juli 2010


Berhubungan dengan pergaulan dengan orang yang berlainan agama kita belajar lagi dari rasul s.a.w. Suatu hari Rasul didatangi oleh seorang wanita Yahudi yang membawa limau ( jeruk ) wanita itu memberi limau itu kepada Rasul, lalu Rasul memakannya sendiri disana, seorang sahabat melihat Rasul makan limau itu senyam-senyum pada wanita Yahudi itu . Setelah wanita Yahudi itu pergi dari sana, sahabat menghampiri rasul dan bertanya heran “Rasul, biasanya rasul selalu makan bersama-sama tapi mengapa tadi rasul makan sendiri ?”

Rasul menjawab “ saya makan limau yang diberikan wanita Yahudi itu bukan untuk yag pertama kalinya, tapi telah sering bahkan hampir setiap bertemu dia. Saya tidak mau memberinya pada kalian karna limau itu rasanya asam. Saya takut kalian tidak akan menyukai liamu itu. Dan itu akan membuat wanita itu tersinggung”.

Subhanallah, Rasul s.a.w memang contoh yang paling baik bagi kita manusia. Itu adalah wanita yahudi, setiap bertemu dengan dia rasul makan limau yang asam. Coba kita bawakan kepada diri kita sendiri, apakah kita mau berbuat seperti itu. Jangan jawab tapi renungkanlah.

Ada lagi peristiwa yang menggambarkan tentang bagaimana Rasulullah s.a.w. senantiasa memperhatikan keadaan orang lain dan bersikap lemah lembut ketika bermuamalah (berbuat baik) dengannya, yaitu ketika beliau s.a.w. bertemu dengana ayahanda Abu Bakar r.a. yang bernama Abu Quhafah. Dia adalah orang yang sudah sangat tua dan kedua matanya telah buta.

Alkisah, pada saat rasulullah s.a.w. dan pasukan kaum Muslimin hendak memasuki kota Mekah untuk menakhlukkannya, abu Quhafah berkata kepada putrinya yang merupakan anaknya yang terkecil, “wahai putriku, antarkanlah aku naik keatas bukit Abu Qubais untuk membuktikan apa yang dikatakan orang-orang tentang kedatang an Muhammad. Aku ingin tahu, benarkah Muhammad telah datang ?”

Maka putrinyapun mengantarkannya naik keatas bukit. Sesampainya diatas, ia bertanya, Wahai Putriku, apa yang engkau lihat?”

Ia menjawab , ”Aku m elihat sekumpulan warna hitam datang mendekat.”

“Itu adalah sekelompok pasukan berkuda,” timpal ayahnya.

Putrinya berkata lagi, “ Aku juga melihat seorang laki-laki berlari mondar-mandir mengitari pasukan berkuda tersebut”

“Wahai Putriku dia adalah seorang komandan yangsedang mengatur dan memimpin pasuakn berkuda tersebut,” tukasnya menjealskan.

Kemudian, tiba-tiba putrinya berkata, “Wahai ayahku, sekarang kumpulan hitam itu telah menyebar.”

Mendengar itu ia terlihat gugup dan berkata, “Demi Allah, sebentar lagi pasukan tersebut akan memasuki kota Mekah. Ayo, kita harus cepat-cepat pulang ke rumah. Sebab orang-orang mengatakan barang siapa masuk kedalam rumahnya maka dia akan aman.”

Maka gadis itu bergegeas turun dari bukit seraya menuntun ayahnya dengan cepat. Namun, belum sempat sampai di rumah, keduanya sudah terlebih dahulu bertemu dengan rombongan pasukan Muslimin. Maka, Abu Bakar pun menghampiri keduanya, mengucapkan salam dan kemudian memeluk ayahnya dengan hangat. Setelah itu, ia meraih tangan ayahnya, lalu menuntunnya menghadap Rasulullah s.a.w. di masjid.

Rasulullah s.a.w. tertegun sejenak memandang ayah Abu Bakar yang terlihat sudah sangat tua sekali; tubuhnya mulai melemah, tulangnya mulai rapuh dan sudah sangat uzur. Sementara itu, Abu Bakar juga memandang ayahnya yang telah ditinggalkanya setelah beberapa tahun silam demi mengabdi kepada agama Islam.

Setelah memandang ayah Abu Bakar, beliau s.a.w. menoleh kearah Abu Bakar dan memperlihatkan penghargaan beliau s.a.w. yang tinggi terhadapnya, beliau s.a.w. berkata, “mengapa engkau tidak membiarkan ayahmu ini tetap di rumahnya dan aku saja yang nanti mengunjunginya?”

Abu Bakar sangat paham bahwa saat itu mereka dalam keadaan berperang dan pemimpin mereka adalah Rasulullah s.a.w. Artinya, beliau s.a.w. tentunya sangat sibuk dan sangat terbatas waktunya, sehingga sayang sekali jika hanya digunakan untuk pergi ke rumah seseorang yang sudah tua renta dan mengajaknya memeluk Islam.

Maka, sebagai tanda terima kasih dan penghormatan terhadap tawaran Rasulullah s.a.w. Abu Bakar berkata, Wahai Rasulullah, ayahku inilah yang justru lebih pantas untuk menemuimu terlebih dahulu dan bukan engkau yang menemuinya.”

Setelah mendengar jawaban itu, dengan lembut dan penuh sopan santun Rasulullah s.a.w. mempersilakan Abu Quhafah untuk duduk. Kemudian beliau s.a.w. mengusap dada Abu Quhafah dan berkata, “peluklah agama Islam.”

Serta-merta wajah Abu Quhafah pun tampak ceria dan menyatakan diri masuk Islam seraya mengucapkan dua kalimat syahadat. Melihat kejadian tersebut Abu Bakar sangat haru dan amat sangat bahagiahingga bumi tidak bisa menampung kebahagiaannya.

Sesaat setelah itu, Rasul s.a.w. memperhatikan lagi wajah Abu Quhafah dan melihat semau rambutnya telah beruban putih. Mak, berkatalah beliau s.a.w., “Ubahlah warna putih rambutnya ini, tetapi janganlah kalian memberinya warna hitam,”

Betapa indahnya bila Kita bisa membidik beberapa ekor burung hanya dengan sebuah lontaran seperti pemandangan di atas. Intinya, hendaklah Anda selalu berusaha untuk tidak kehilangan seorang pun yang pernah bergaul dengan Anda. Jadilah anda seorang yang sukses dan selalu bisa menyenagkan semua orang, kendati tuntutan meraka berbeda-beda

0

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Ilmu Itu Milik Bersama

blog ini terbuka bagi siapa saja yang ingin menuntut ilmu, karna 'ilmu itu milik bersama'... nah mulai hari ini saya, anda dan siapa saja yang ingin menimba , menggali, mencari bahkan membagi ilmunya jangan pernah ragu -ragu lagi melakukan itu. seperti firman Allah, "BILA KALIAN MEMBAGI ILMU YANG KUTUNJUKKAN PADA KALIAN MAKA AKU (ALLAH) AKAN MENAMBAH ILMU KALIAN, SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA LUA ILMUNYA. ADAPUN ILMU YANG KALIAN DAPAT ITU HANYALAH BAGIAN

ILMU ITU MILIK BERSAMA

Cari Blog Ini

Links

Followers